Percantik Wajah Kota, 10 Ruang Terbuka Hijau Rembang Bakal Diperbaiki

Percantik Wajah Kota 10 Ruang Terbuka Hijau Rembang Bakal Diperbaiki

REMBANG, Lingkarjateng.id – Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang mempercantik Kabupaten Rembang di wilayah kota sudah mulai nampak. Beberapa taman kota yang menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di rombak dan dipercantik dengan desain-desain yang menarik.

Salah satunya yang saat ini sudah nampak adalah penataan di Tugu Lilin yang berada di jalan Diponegoro tepatnya di depan balai kartini. Ada penambahan bangunan 4 pilar tepat di belakang bangunan tugu lilin.

Selain itu juga ada tambahan sejumlah tanaman yang mendukung kecantikan ruang terbuka hijau itu. Juga ada sorotan beberapa lampu pada bagian tugu yang mempertegas kesan mewah pada sudut-sudut bangunan taman.

Beberapa ruang terbuka hijau saat ini juga sedang tahap proses pengerjaan. Seperti salah satunya taman 0 kilometer yang berada di sudut utara alun-alun, tepatnya di depan terminal tipe B Rembang.

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Rembang, Taufiq Darmawan Senin, 7 November 2022 menyampaikan, ruang terbuka hijau sebenarnya terbagi menjadi 2 kategori. Meliputi ruang terbuka hijau public dan ruang terbuka hijau private atau pribadi.

Secara regulasi, lanjut dia, Pemkab Rembang harus menyediakan 20 persen untuk ruang terbuka hijau public. Sementara ruang terbuka hijau private seperti di taman sekolahan, taman dinas, dan taman lainnya yang sifatnya dibuat sendiri minimal tersedia 10 persen.

“Memang tugas pemerintah setidaknya kita harus menyediakan 20 persen ruang terbuka hijau publik. Sementara dalam hitungan kita saat ini baru 12 persen ruang terbuka hijau publik untuk wilayah kota Rembang,” kata dia.

Disinggung terkait penambahan ruang terbuka hijau, dipastikannya akan selalu ada. Namun saat ini Pemkab Rembang melalui DLH sedang fokus untuk menata dan memperbaiki kualitas dan fungsi ruang terbuka hijau public yang tersedia saat ini.

Disebutkannya ada 10 titik ruang terbuka hijau yang sedang ditata dan diperbaiki untuk wilayah kecamatan kota. 10 titik tersebut menjadi fokus penataan Pemkab Rembang di tahun 2022 ini.

“Pada tahun ini ‘kan kita memperbaiki spot-spot taman yang ada di Kabupaten Rembang supaya lebih menarik dan secara fungsi bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Ada 10 spot yang menjadi konsentrasi Pemkab Rembang untuk tahun 2022,” bebernya.

Penataan ruang terbuka hijau public menurutnya butuh ditata secara berkelanjutan dan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Untuk penataan 10 titik ruang terbuka hijau public saja menghabiskan anggaran hampir mencapai Rp 2 miliar.

“1 spot itu rentangnya membutuhkan anggaran Rp 80 juta sampai Rp 180 juta. Kalau 10 spot itu kasarannya mendekati Rp 2 miliar untuk penataannya,” ucapnya.

Sementara dalam segi perawatan, Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Rembang Taufiq Darmawan berharap ada alokasi anggaran yang cukup pada tahun 2023 untuk merawat tanaman di ruang terbuka hijau Ketika sudah selesai ditata semua. Pasalnya pada tahun 2022 ini, untuk perawatan tanaman hanya dianggarkan Rp 200 juta.

“Termasuk didalamnya untuk penyiraman, kemudian penambahan sarana dan prasarananya,” imbuhnya.

Menurutnya, sangat disayangkan ketika taman pada ruang terbuka hijau yang sudah ditata kemudian terbengkalai karena minimnya perawatan. Hal itu menjadi PR yang harus diselesaikan kedepannya.

“Kami berharap ini menjadi konsentrasi kebijakan penganggaran. Kalau dari rencana kita memang masih sangat minim. Kami juga berharap untuk Pemkab Rembang lebih menambah anggaran untuk perawatan,” ujarnya.

Sementara itu, untuk program akhir 2021 sampai 2022 tugas DLH berkonsentrasi pada penghijauan di jalan lingkar. DLH telah menanam sedikitnya 2.000 pohon Tabebuya di sepanjang jalan lingkar dari pertigaan tireman- perempatan galonan sampai perempatan pentungan pada tahun 2021 lalu.

Berjalan satu tahun dari penanaman, DLH ternyata rutin melakukan perawatan untuk memastikan pertumbuhan pohon yang ditanam untuk mempercantik wajah kota. Taufiq menceritakan pada tahun lalu Bupati Rembang berkeinginan membuat jalur lingkar menjadi teduh.

Kemudian di bulan Oktober 2021 penghijauan tersebut dimulai dengan menanam pohon Tabebuia Rosea. Pihaknya bekerjasama dengan PT. Djarum untuk melakukan penghijauan jalur lingkar sepanjang kurang lebih 6 kilometer itu.

Setelah menghitung, dibutuhkan 2000 pohon dengan jarak tanam 6 sampai 7 meter. Pohon tabebuya dipilih selain cocok di daerah tropis seperti di Kabupaten Rembang. Tanaman ini, juga menambah daya tarik tersendiri karena bunga dan daunnya rimbun.

BERCENGKRAMA: Para siswa sedang bersantai dan menunggu jembutan di ruang terbuka hijau Tugu Lilin. (R. Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

“Tabebuia rosea kita pilih karena bisa jadi peneduh, daun dan cabangnya bisa untuk peneduh dan indah karena berbunga ungu dan putih,” kata dia.

Taufik mengatakan setelah satu tahunan ditanam, Tabebuya yang ditanam tumbuh dengan baik. Rata-rata tingginya sudah 3 kali lipat dari tinggi waktu ditanam atau sekitar 2 sampai 3 meter.

“Perawatan intensif, pertama memang kontrol harus benar- benar dilakukan. Hampir setiap pagi kita turun mengontrol, supaya kita tau kondisi terupdate tanaman kita dan disirami setiap hari,” ungkapnya.

Sekarang penyinaran juga masih rutin dilakukan pada dini hari tepatnya mulai pukul 02.00 WIB. Hal itu dilakukan untuk keefektifan waktu penyiraman.

Pihaknya juga mengawasi pertumbuhan pohon tersebut, mengingat ada jaringan kabel baru di atasnya. Ketika pohonnya melengkung maka petugas akan mengikatnya dengan bambu agar tetap berdiri tegak.

“Untuk saat ini kita memakai ajer dari bambu jepang. Kita tancapkan dekat pohon dan kita tali,” terangnya.

Tak selalu berjalan lancar, sejumlah Tabebuia Rosea yang ditanam juga ada yang mati. Hal itu disebabkan karena ulah manusia.

 “Meskipun dari awal kita sudah komunikasi dengan warga sekitar, namun dalam perjalanannya ada oknum yang sengaja mematikan pohon itu. Mungkin karena ada di depan rumahnya atau tempat usahanya dan ada juga karena aktivitas pembakaran lahan,” tuturnya.

Meskipun demikian ada sekitar 98 persen pohon Tabebuia Rosea yang ditanam masih hidup dengan baik saat ini. 

Dari penanaman sampai pemeliharaan Tabebuya di sepanjang jalan lingkar ditangani oleh Tim Garangan 1. Garangan 1 diisi oleh 3 personel. Namun demikian suksesnya membuat teduh jalan lingkar ini tak bisa bergantung pada Pemkab saja, tetapi butuh peran serta dari masyarakat.

“Peran serta masyarakat untuk menjaga tanaman- tanaman yang telah kita tanam. Sehingga Tabebuia Rosea ini benar- benar dapat memperindah dan meneduhkan kota Rembang,” tandasnya. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)