Wakil Ketua DPRD Jepara Pratikno Harap Perang Obor Jadi Daya Tarik Wisatawan

IMG 20230607 WA0004

JEPARA, Lingkar.news – Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jepara, Pratikno memberikan apresiasi kepada masyarakat Tegalsambi atas terselenggaranya tradisi perang obor yang sudah berlangsung sejak dulu.

“Tradisi Ini menjadi aset Kabupaten Jepara. Sedekah bumi ini salah satu yang menjadi cagar budaya tak benda,” katanya.

Ia berharap tradisi perang obor tetap bisa dilestarikan dan dikembangkan menjadi sesuatu yang bisa menghasilkan, sehingga tidak hanya sekedar menjadi tontonan saja tetapi juga ada nilai ekonominya.

“Penontonnya juga luar biasa tidak hanya dari daerah Jepara saja. Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi satu daya tarik wisata baru,” imbuhnya.

Diketahui, perang obor merupakan transmisi kebiasaan atau keyakinan yang lestari sejak abad XVI. Adat istiadat ini berwujud tontonan menarik, yakni perang menggunakan media obor yang terbuat dari daun pelepah kelapa kering dan diisi daun pisang kering. Hal ini dimaksudkan untuk mengekspresikan rasa syukur panen yang melimpah dan menangkal bencana. Selain itu, perang obor juga diharap dapat menarik penonton.

Tradisi Perang Obor dilakukan setiap setahun sekali, yaitu setiap hari Senin Pahing malam Selasa Pon setelah panen raya. Tradisi ini juga termasuk salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih dilestarikan masyarakat. Perang obor pun mengandung pesan-pesan yang digambarkan melalui simbol-simbol.

Perang obor juga bermakna sebagai wujud kepercayaan religius dan magis. Hal tersebut berkaitan dengan adanya kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan roh-roh. Oleh sebab itu, tradisi perang obor tidak dapat dipisahkan dari rangkaian upacara yang menyertai tradisi tersebut, di mana di terdapat kepercayaan dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur, serta kepercayaan masyarakat akan adanya kekuatan di luar batas rasional manusia.

Simbol-simbol yang terdapat dalam Tradisi Perang Obor merefleksikan bahwa manusia harus selalu dekat dengan Tuhan dan senantiasa selalu kembali mengingat kodratnya masing-masing, karena semua itu merupakan perjalanan hidup manusia mulai dari lahir hingga mati. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Lingkar.news)